PROKOMPIM

Kabupaten Indramayu yang Tersohor sebagai “Kota Mangga” Ternyata Memiliki Fakta Sejarah Panjang

Kabupaten Indramayu yang tersohor sebagai “Kota Mangga” ternyata memiliki fakta sejarah panjang. Dari hasil riset disertasi seorang doktor di Indramayu bahwa Indramayu menjadi salah satu bias endemik mangga.
Dalam disertasinya yang berjudul Pengembangan mangga di Kabupaten Indramayu, Imam Mahdi, menjelaskan bahwa selain India, Indramayu juga sebagai bias endemik pohon mangga. Terbukti, secara teori ahli geologi Reinout Willem van Bemmelen, yang menerangkan sebelum masa pleistosen pulau Jawa masih satu daratan dengan India.

Diterangkan sebelum pleistosen, ada dua daratan yang kemudian disebut paparan sunda dan paparan sahul. Dimana paparan sunda disebut pulau Jawa masih satu daratan dengan India. Antara pulau Kalimantan dan Sumatera ada sungai besar yang juga sebagai muara Sungai Cimanuk.

Dari teori itu, membuktikan adanya kesamaan komoditas pangan antara India dan Jawa. Seperti pohon mangga hingga jenis satwa. Namun, untuk tanaman mangga tentu memiliki wilayah bias endemik.

“Dari berbagai sumber, saya berani mengatakan bahwa mangga itu bisa saja sejak masa prasejarah sudah ada di Indramayu” kata Imam Mahdi, Rabu (28/9/2022).

Mangga (Pelem) Dalam Naskah Kuno Indramayu

Bukti lain juga menyebutkan bahwa mangga sudah ada di Indramayu. Seperti dalam sebuah naskah kuno di Indramayu, tercatat nama-nama jenis mangga. Penyebutan nama jenis mangga seperti mangga bapang, dodol dan mangga cengkir tertera dalam lontar lontar naskah kuno.

Mangga ditulis di lontar naskah kuno tersebut dengan nama Pelem. Penyebutan nama pelem juga dianggap Imam ada kemiripan dengan sebutan mangga di India yaitu mempelam atau bahasa Hindi diartikan aam.

Sehingga, benar bahwa mangga bisa dikatakan bukan dari India melainkan hanya merupakan bias endemik. Dan Indramayu dimungkinkan menjadi salah satu endemik pohon mangga.

“Nama-nama mangga itu tertulis di lontar lontar yang sekarang masih dirawat oleh Ki Tarka dan putrinya. Kalau saja tidak ada masa kolonial Belanda, bisa saja kita masih menggunakan tulisan palawa sansakerta,” ujar Imam menunjukkan bukti lain dari endemik mangga.

Zaman Hindu Buddha dan Kerajaan Islam.
Seorang doktor yang juga sebagai Kepala Bidang Tanaman Pangan, di Dinas Ketahanan Pangan dan Peter (DKPP) Indramayu, Imam melanjutkan argumen nya yang ditulis dalam disertasinya.

Bahwa pada zaman Hindu-Buddha dalam kitab Weda, pohon mangga menjadi salah satu yang disucikan. Kemudian, berkembang menjadi kultur masyarakat Indramayu yang dulunya seolah mewajibkan menanam pohon mangga di halaman rumah.

Pohon mangga juga terekam dalam sejarah kerajaan. Ketika pemerintahan Mr. Herman Willem Daendels membagi kerajaan Cirebon menjadi 4 kesultanan. Dan Kesultanan Kacirebonan memiliki wilayah di sekitar Kabupaten Cirebon dan Indramayu, yang berbasis memiliki pohon mangga. Sehingga tidak heran, di sekitar area Kacirebonan banyak pohon mangga berbagai jenis.

“Di Keraton Kacirebonan itu ada pohon pohon mangga yang lama, ada gedong, Cengkir, Bapang juga ada,” lanjut Imam.

“Mangga itu tidak ditebang, karena mangga ini dikonstruksi sebelum Islam masuk atau prasejarah atau Zaman Hindu Buddha, kontruksi mangga sebagai buah suci,” sambung Imam.

Dari sejak itu, menanam pohon mangga di setiap halaman rumah membudaya di Indramayu. Bahkan, keceluk dikatakan rumah yang memiliki pohon mangga diklaim sebagai orang kaya.

Meski Indramayu bukan menjadi produsen mangga terbesar. Melainkan produksi mangga terbesar justru di Jawa Tengah. Namun, Indramayu tetap dijuluki sebagai Kota Mangga, karena keaslian wilayah sebagai bias endemik mangga.

Selain itu, Indramayu memiliki muara Sungai Purba Cimanuk yang lokasinya berdekatan dengan laut membuat buah yang di hasilkan lebih eksotis dengan rasa yang lebih manis.

Tambah Komentar